Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bekasi berkolaborasi dengan Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi dalam penyelenggaraan Seminar Nasional Pendidikan Moderasi Beragama bertema “Mengkontekstualisasikan Keberagaman Dalam Multikulturalisme di Era Digital”. Acara tersebut digelar pada Rabu, 29 Oktober 2025, bertempat di Aula Utama Universitas Islam 45 Bekasi. Kegiatan ini menjadi wadah penting bagi akademisi, tokoh agama, dan mahasiswa untuk memperkuat pemahaman tentang nilai-nilai toleransi dan kehidupan beragama yang harmonis di tengah derasnya arus digitalisasi dan informasi.

Seminar nasional ini dihadiri oleh seluruh pengurus FKUB Kota Bekasi, serta tokoh lintas agama dan perwakilan lembaga pendidikan. Turut hadir dua tokoh Kristen yang aktif dalam gerakan lintas iman, yaitu Pendeta Djajang Buntoro, M.Th dan Pendeta Saud Sigalingging, bersama dengan Rektor Universitas Islam 45 Bekasi beserta jajarannya. Kehadiran para tokoh tersebut menunjukkan komitmen nyata dari seluruh unsur masyarakat Kota Bekasi dalam membangun dialog antaragama dan memperkuat moderasi beragama sebagai fondasi kehidupan sosial yang damai dan inklusif.

Rektor Universitas Islam 45 Bekasi, dalam sambutannya, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap kolaborasi antara perguruan tinggi dan FKUB dalam memperkuat semangat kebangsaan melalui pendidikan moderasi. “Kampus memiliki tanggung jawab moral untuk menanamkan nilai-nilai toleransi kepada mahasiswa di era digital ini,” ujar Rektor UNISMA Bekasi. Ia menambahkan bahwa era digital bukan hanya menghadirkan kemudahan akses informasi, tetapi juga menuntut kecerdasan dalam memilah konten agar tidak terjebak pada polarisasi dan ujaran kebencian.

Sebagai pembicara tunggal, Tuan Guru Bajang (TGB) Dr. Zainul Majdi, Lc., MA memaparkan pandangan mendalam tentang pentingnya moderasi beragama di tengah tantangan zaman. Dalam orasinya, TGB menjelaskan bahwa moderasi beragama bukanlah konsep kompromi terhadap keyakinan, melainkan cara umat beragama menampilkan wajah rahmat dan keadilan dalam kehidupan sosial. “Moderasi itu bukan melemahkan iman, tapi memperkuat cara kita beragama dengan bijak dan beradab di tengah keberagaman,” tegasnya. Ia juga menyoroti peran generasi muda dalam menjaga ruang digital agar tetap sehat, produktif, dan bebas dari provokasi yang memecah belah bangsa.

Peserta seminar terdiri dari Forum Pemuda Lintas Agama (FORMULA), Pelajar Lintas Agama (PELITA), serta mahasiswa dari berbagai kampus di Kota Bekasi. Diskusi berjalan interaktif, dengan banyak peserta mengajukan pertanyaan terkait strategi menghadapi hoaks dan intoleransi di media sosial. Salah satu peserta dari FORMULA mengungkapkan bahwa kegiatan seperti ini memberikan motivasi untuk lebih aktif menyebarkan pesan perdamaian melalui konten positif di platform digital.

Ketua FKUB Kota Bekasi dalam pernyataannya menyampaikan bahwa pendidikan moderasi beragama adalah kunci membangun keharmonisan di masyarakat multikultural. “Moderasi beragama bukan hanya wacana, tapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata melalui dialog, kerja sama, dan edukasi lintas agama,” ujarnya. Ia juga mengapresiasi peran perguruan tinggi yang turut mengambil bagian dalam membentuk karakter mahasiswa yang terbuka, toleran, dan berorientasi pada kemanusiaan.

Melalui seminar ini, FKUB dan UNISMA Bekasi menegaskan pentingnya sinergi antara lembaga pendidikan, tokoh agama, dan masyarakat dalam menjaga semangat kebangsaan di era digital. TGB Zainul Majdi menutup paparannya dengan pesan inspiratif, “Jika generasi muda kita kuat dalam pemahaman moderasi, maka bangsa ini akan tahan terhadap setiap bentuk disintegrasi.” Pesan itu disambut tepuk tangan meriah seluruh peserta yang hadir, menandai semangat bersama untuk melanjutkan perjuangan menjaga kerukunan dalam keberagaman.

Dari seluruh rangkaian acara, dapat disimpulkan bahwa pendidikan moderasi beragama memiliki peran vital dalam menjaga harmoni kehidupan berbangsa dan bernegara, terlebih di tengah derasnya arus informasi dan interaksi digital. Bekasi, melalui kolaborasi FKUB dan UNISMA, telah menunjukkan contoh konkret bagaimana semangat kebersamaan dan dialog lintas agama dapat menjadi pondasi kuat bagi pembangunan masyarakat yang beradab, inklusif, dan berkeadilan sosial.